Minggu, 24 Februari 2019

Sejarah Kerajaan-kerajaan Besar di Nusantara Dalam Berbagai Versi

Membaca buku sejarah selalu memiliki gairah tersendiri. Sejarah apapun itu sudah tentu tak akan sama penuturannya meski yang dikupas satu objek yang sama.


Seperti sejarah mengenai kerajaan-kerajaan besar di Nusantara. Ketika masih bersekolah tentu kisah ini bukan sesuatu yang asing. Meski tidak selengkap yang kita harapkan. Namun secara garis besarnya sama. Tentang pendiri kerajaan, masa kejayaan dan masa keruntuhan.

Dari beberapa buku yang pernah saya baca tentang kerajaan--kerajaan besar di Nusantara. Karya Sri Wintala Achmad menurut saya sangat berbeda. Sebab menguraikan secara rinci tentang kerajaan-kerajaan yang dibahas.

Selain itu beberapa kerajaan kecil di sekitarnya juga ikut dibahas. Sehingga menambah wawasan kita. Itu perbedaan yang saya rasanya. Buku ini mengupas lebih detail.

#odop
#onedayonepost
#readingchallengeodop
#tantanganlevel3
#level3tantangan2




Senin, 18 Februari 2019

Ketika Anak Rohis dan Anak Band Jatuh Cinta


Genk Anak Rohis
     "Aish! Kamu beneran jadian sama Baim? Anak band yang adik kelas kita itu?"
     Aku mengangguk pasti.
     "Ya, ampun! Dia tuh masih kelas satu sedang kan kamu bentar lagi jadi mahasiswi. Memangnya kamu gak mikirin perbedaan itu?"
     Aku menggeleng pasti.
     "Duh, susah ya kalau orang sudah jatuh cinta. Kepala di kaki, kaki di kepala!"
     "Enggak juga. Kamunya aja yang lebay," kataku akhirnya.
     *Grrrhhh! Kamu tuh ya kalau dikasih tahu suka gitu. Eh, teman-teman. Lihat nih teman kita yang satu ini. Jatuh cinta gak lihat-lihat orang. Apa kata mahluk satu sekolah kalau tahu kamu jadian sama Baim. Habislah reputasi Genk Rohis yang dikenal manis dan alim ini."
     Tika yang merupakan ketua genk rohis terdengar berapi-api nada bicaranya. Aku sebenarnya tidak peduli. Tapi demi melihat teman-teman yang jadi salah tingkah dalam ruangan berukuran 7x9 meter akhirnya aku harus bicara.
     "Dengar ya teman-teman. Kita memang satu Genk. Genk Rohis yang anggotanya berusaha menjadi pribadi yang solihah dengan saling mengingatkan satu sama lain dalam hal kebaikan. Tetapi untuk urusan hati, aku harap sih tidak dicampuri. Karena ini urusan yang personal."
     "Tetapi kita wajib mengingatkan kalau pasangan yang dipilih ternyata jauh dari kata alim. Seperti pilihanmu ini. Agar kamu tidak terpengaruh," ujar Tika 
    "Jadi kamu berpikiran Baim enggak alim?" kataku dengan nada tak suka.
     "Setidaknya lebih alim Faizlah dibanding dia."
     "Oh, begitu menurut kalian. Dengar ya? Baim itu memang anak band. Band beraliran rock. Gayanya dipanggung memang slengean gitu. Tapi urusan ibadah, urusan pergaul dia jaga betul. Bahkan dia enggak merokok. Kalian tahu, aku mengenal dia lebih dekat justru di masjid. Jadi aku suka sama dia bukan karena dia anak band. Aku bahkan belum pernah melihat dia manggung. Kalian tahu kan aku enggak suka suasananya. Jadi jangan sembarang menilai orang," tuturku panjang lebar.
     "Ooohhh, gitu," sahut teman-teman hampir bersamaan.
     "Iya. Kalau tak percaya ya sudah. Percuma aku di sini dan menjadi bulan-bulanan hanya karena jatuh cinta dengan seorang rocker."
     Aku mengakhiri kalimatku sambil ngeloyor keluar dari ruangan.

Genk Anak Band

     "Gue dengar Lo jadian sama kakak kelas kita ya? Cewek rohis yang jago karate?"
     Baim tertawa.
     "Iya, gue juga enggak nyangka bisa jatuh cinta sama dia. Di sekolah gue cuma sekilas-kilas perhatiin dia. Mau maju jiper. Kakak kelas jago karate pula. Namanya jodoh, eh kita ketemunya malah enggak disengaja. Sama-sama nyari masjid saat sedang perjalanan," terang Baim dengan gamblang.
     "Pantas semangat banget Lo kalo latihan di sekolah," ledek Fay si jago gebuk drum.
      "Karena moment seperti itu gue bisa puas ngeliatin dia di sekolah. Karena dia enggak suka nonton musik. Enggak suka diperhatiin gara-gara jalan sama gue. Jadi ya dia percaya gue. Begitu pula sebaliknya. Kita pacaran tapi gak harus diekspos. Keren kan cewek begini. Gue jadi tenang saat kita manggung. Bisa fokus ke band."
     "Iyes, kita dukunglah prinsip masing--masing dalam urusan ini sih.

Aku dan Dia

     Thank you for loving me
     Thank you for loving me
     Hmmmm...loving me

     "Oh, so sweet. Makasih ya sudah menyanyikan lagu ini untukku. Ini lagu kesukaanku," kataku sambil menatap Baim dengan penuh cinta.
      "Kamu suka?" tanyanya.
      "He-eh. Suka banget," sahutku.
      Baim tersenyum. Tangannya bertumpu pada gitar bolong yang dipangkunya.
     "Terima kasih sudah mau menjadi cintaku," ujar Baim lirih.
     Aku tersipu. Ini adalah kencan kami yang kesekian di rumah. Ya, di rumah. Karena aku malas kencan di luar. Apalagi dia yang dikenal orang. Jadi pilihan kami adalah di rumah. Kadang di rumahku. Kadang di rumahnya.
     Meski Baim seorang vokalis band rock. Tetapi di luar itu dia sangat romantis. Usianya yang jauh di bawahku tak tampak. Dia justru lebih dewasa dari usianya. Aku yang justru sangat manja bila berada didekatnya.
     "Hmmmm...kamu gak malu pacaran sama aku Baim?" tanyaku hati-hati. Ini pertanyaan yang sudah lama ingin kuketahui jawabannya. Mengingat perbedaan yang mencolok di antara kita.
     "Malu? Justru aku bangga bisa jadian sama kamu. Kakak kelas yang jadi idola di sekolah. Jadi incaran ketua rohis," sahut Baim dengan mantap.
     "Kamu tahu soal ketua Rohis itu," tanyaku tak percaya. Kupikir hanya seputar anak rohis saja yang mengetahui masalah ini.
     "Tentu tahu. Makanya aku bangga bisa dipilih oleh kamu. Padahal sainganku hebat-hebat. Aku mah apalah."
     Aku tertawa.
     "Hebat di mata orang belum tentu hebat di mataku. Kenapa akhirnya aku memilih kamu? Ya, Karena cinta yang Allah berikan ditujukannya ke kamu," sahutku lirih.
     Baim meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat.
     "Terima kasih atas kepercayaan ini. Insya Allah aku akan menjaganya. Maaf jika belum bisa menjadi kekasih yang sempurna. Yang selalu ada kapan pun kamu butuhkan."
     Aku tersenyum sambil menatapnya penuh cinta.
     "Aku mengerti kesibukkanmu. Tak mudah membagi waktu antara sekolah dan karir. Ditambah kehadiranku. Yang penting kamu jangan lupa ibadah. Jangan terpengaruh hal-hal yang bisa merugikan dirimu. Aku juga minta maaf karena belum bisa menjadi kekasih yang baik untukmu. Yang bisa mendampingi saat manggung di mana-mana."
     Baim mempererat genggaman tangannya. Kami saling memberi kekuatan dan mengalirkan cinta lewat genggaman. Jika sudah begini. Hanya Aku, dia dan Tuhan yang tahu apa yang kami inginkan selanjutnya.

#cerpenfiksi
#onedayonepost
#tantanganlevel2
#level2tantangan3
#readingchallengeodop
#terinspirasibiografijonbonjovi